The Chronicles of Narnia : The Voyage of The Dawn Treader
Sunday, December 12, 2010
Sedikit sharing, abis nonton The Chronicles of Narnia : The Voyage of The Dawn Treader. Menurut saya film ke 3 seri Narnia ini, cukup bagus dan tidak kehilangan essensi asli dari cerita ini daripada seri ke 2 yang menurut saya agak melenceng dari cerita aslinya. Walaupun ada beberapa cerita yang diubah.
Dalam setiap buku Narnia, C.S. Lewis selalu memasukkan unsur gospel. Tujuannya agar anak-anak (karena menurut saya Narnia ditujukan untuk anak-anak) yang membaca Narnia, bisa mendapatkan penggambaran kasih Allah dan keselamatan seperti yang tercantum dalam Alkitab.
Seperti pengorbanan Aslan menggantikan Edmund, kata2 sang Profesor ketika ditanya apakah Lucy gila saat menceritakan tentang Narnia, bagaimana manusia masuk ke dalam Narnia dimana bukan dengan keinginan sendiri tetapi atas seijin Aslan, dan lain lain.
Salah 1 gospel yang dimasukkan oleh C.S. Lewis dalam edisi ini adalah, bagaimana manusia melepaskan diri dari dosa dan mendapatkan keselamatan. Hal ini disampaikan dengan analogi saat Eustace akan diubah kembali menjadi anak laki-laki setelah terkena kutukan menjadi naga karena keserakahannya. Saat itu Eustace dibawa oleh Aslan ke suatu tempat, di tempat tersebut terdapat suatu kolam.
Lalu Aslan menyuruhnya untuk mandi, tetapi sebelum mandi, Eustace harus melepaskan dulu semua bajunya. Sebenarnya Eustace berpikir, aku kan naga, kan ga pake baju. Tapi dia juga berpikir, mungkin karena naga seperti ular, jadi aku harus melepaskan kulitku dulu.
Setelah itu, Eustace berusaha mengorek2 kulitnya dan kulit naganya mulai berguguran sedikit demi sedikit sampai akhirnya Eustace merasa, semua kulitnya sudah berguguran. Walaupun demikian, tapi tidak terasa sakit sama sekali saat kulitnya luruh. Lalu diapun mulai melangkah menuju ke kolam tersebut.
Dia bisa melihat kulitnya yang luruh, menggunduk di tepi kolam. Tetapi saat akan melangkahkan kakinya ke kolam, dia melihat bayangan dirinya di kolam, masih terbalut oleh kulit naga. Padahal sebelumnya kulitnya sudah luruh semua, tetapi kulit itu tumbuh kembali. Eustace pun berusaha untuk mengorek2 kembali kulit naganya.
Setelah terasa semua kulitnya sudah luruh, dia kembali melangkahkan kaki ke kolam. Tetapi saat melihat bayangannya lagi, dia kembali melihat kulit naga di kulitnya. Dan dia mulai mengorek2 lagi. Setelah sekian kali dikorek2 dan kulit itu kembali dan kembali lagi, dan diapun tahu bahwa hal tersebut sia2. Akhirnya Aslan berkata "Kamu harus memintaku untuk melepas kulit2 itu."
Awalnya Eustace takut akan cakar2 Aslan, tetapi karena dia sudah putus asa, akhirnya Eustace pun membiarkan Aslan yang melepaskan kulit2nya tersebut. Namun kali ini saat kulit2 tersebut luruh, ada rasa sakit yang terasa sampai akhirnya dia benar2 terlepas dari kulit2 naga tersebut dan kembali menjadi anak laki2. Lalu dia masuk ke kolam untuk mandi. Setelah mandi, Aslan memberinya pakaian baru.
Dari analogi ini, kita bisa melihat bahwa, manusia tidak bisa lepas dari dosa dengan usahanya sendiri. Sekuat apapun manusia berusaha untuk melepaskan diri dari dosa, dosa akan selalu kembali untuk menggoda manusia, dan manusia akan kembali jatuh dan tergoda. Sampai akhirnya manusia datang dan berserah pada Tuhan, dan Tuhan melepaskannya dari dosa dan menjadikan manusia sebagai ciptaan baru sebagai anak-anakNya.
Sakit kadang saat Tuhan melepaskan dosa-dosa itu dari hati, diri dan otak kita. Tapi it was a good pain, kata Eustace. Karena dengan demikian kita mendapatkan keselamatan kita. Bukan karena perbuatan baik kita, bukan karena kerja keras kita, bukan karena kuat dan gagah kita, tetapi karena anugerahNya yang melepaskan kita dari jeratan dosa si Jahat dan memberikan kita keselamatan.
Walaupun di film proses nya tidak terlihat secara detil, tetapi apa yang dikatakan Eustace saat Edmund bertanya padanya, apa rasanya saat Aslan mengubahnya kembali menjadi anak laki-laki, cukup menggambarkan gospel yang ingin disampaikan C.S. Lewis dari cerita ini. Sehingga, seperti apa yang saya katakan di atas, film ini tidak kehilangan essensi asli dari apa yang ingin disampaikan oleh C.S. Lewis.
“No matter how hard I tried, I just couldn’t do it myself. Then He came towards me. It sort of hurt, but it was a good pain. Kind of like when you pull a thorn from your foot." (Eustace Scrubb, The Chronicles of Narnia : The Voyage of The Dawn Treader, 2010)
Dalam setiap buku Narnia, C.S. Lewis selalu memasukkan unsur gospel. Tujuannya agar anak-anak (karena menurut saya Narnia ditujukan untuk anak-anak) yang membaca Narnia, bisa mendapatkan penggambaran kasih Allah dan keselamatan seperti yang tercantum dalam Alkitab.
Seperti pengorbanan Aslan menggantikan Edmund, kata2 sang Profesor ketika ditanya apakah Lucy gila saat menceritakan tentang Narnia, bagaimana manusia masuk ke dalam Narnia dimana bukan dengan keinginan sendiri tetapi atas seijin Aslan, dan lain lain.
Salah 1 gospel yang dimasukkan oleh C.S. Lewis dalam edisi ini adalah, bagaimana manusia melepaskan diri dari dosa dan mendapatkan keselamatan. Hal ini disampaikan dengan analogi saat Eustace akan diubah kembali menjadi anak laki-laki setelah terkena kutukan menjadi naga karena keserakahannya. Saat itu Eustace dibawa oleh Aslan ke suatu tempat, di tempat tersebut terdapat suatu kolam.
Lalu Aslan menyuruhnya untuk mandi, tetapi sebelum mandi, Eustace harus melepaskan dulu semua bajunya. Sebenarnya Eustace berpikir, aku kan naga, kan ga pake baju. Tapi dia juga berpikir, mungkin karena naga seperti ular, jadi aku harus melepaskan kulitku dulu.
Setelah itu, Eustace berusaha mengorek2 kulitnya dan kulit naganya mulai berguguran sedikit demi sedikit sampai akhirnya Eustace merasa, semua kulitnya sudah berguguran. Walaupun demikian, tapi tidak terasa sakit sama sekali saat kulitnya luruh. Lalu diapun mulai melangkah menuju ke kolam tersebut.
Dia bisa melihat kulitnya yang luruh, menggunduk di tepi kolam. Tetapi saat akan melangkahkan kakinya ke kolam, dia melihat bayangan dirinya di kolam, masih terbalut oleh kulit naga. Padahal sebelumnya kulitnya sudah luruh semua, tetapi kulit itu tumbuh kembali. Eustace pun berusaha untuk mengorek2 kembali kulit naganya.
Setelah terasa semua kulitnya sudah luruh, dia kembali melangkahkan kaki ke kolam. Tetapi saat melihat bayangannya lagi, dia kembali melihat kulit naga di kulitnya. Dan dia mulai mengorek2 lagi. Setelah sekian kali dikorek2 dan kulit itu kembali dan kembali lagi, dan diapun tahu bahwa hal tersebut sia2. Akhirnya Aslan berkata "Kamu harus memintaku untuk melepas kulit2 itu."
Awalnya Eustace takut akan cakar2 Aslan, tetapi karena dia sudah putus asa, akhirnya Eustace pun membiarkan Aslan yang melepaskan kulit2nya tersebut. Namun kali ini saat kulit2 tersebut luruh, ada rasa sakit yang terasa sampai akhirnya dia benar2 terlepas dari kulit2 naga tersebut dan kembali menjadi anak laki2. Lalu dia masuk ke kolam untuk mandi. Setelah mandi, Aslan memberinya pakaian baru.
Dari analogi ini, kita bisa melihat bahwa, manusia tidak bisa lepas dari dosa dengan usahanya sendiri. Sekuat apapun manusia berusaha untuk melepaskan diri dari dosa, dosa akan selalu kembali untuk menggoda manusia, dan manusia akan kembali jatuh dan tergoda. Sampai akhirnya manusia datang dan berserah pada Tuhan, dan Tuhan melepaskannya dari dosa dan menjadikan manusia sebagai ciptaan baru sebagai anak-anakNya.
Sakit kadang saat Tuhan melepaskan dosa-dosa itu dari hati, diri dan otak kita. Tapi it was a good pain, kata Eustace. Karena dengan demikian kita mendapatkan keselamatan kita. Bukan karena perbuatan baik kita, bukan karena kerja keras kita, bukan karena kuat dan gagah kita, tetapi karena anugerahNya yang melepaskan kita dari jeratan dosa si Jahat dan memberikan kita keselamatan.
Walaupun di film proses nya tidak terlihat secara detil, tetapi apa yang dikatakan Eustace saat Edmund bertanya padanya, apa rasanya saat Aslan mengubahnya kembali menjadi anak laki-laki, cukup menggambarkan gospel yang ingin disampaikan C.S. Lewis dari cerita ini. Sehingga, seperti apa yang saya katakan di atas, film ini tidak kehilangan essensi asli dari apa yang ingin disampaikan oleh C.S. Lewis.
“No matter how hard I tried, I just couldn’t do it myself. Then He came towards me. It sort of hurt, but it was a good pain. Kind of like when you pull a thorn from your foot." (Eustace Scrubb, The Chronicles of Narnia : The Voyage of The Dawn Treader, 2010)
Labels: Christianity, Review
0 Comments:
« back home
Post a Comment